Rabu, 22 Mei 2013

0

1+2 = PERKENALAN DENGAN RUMAHSAKIT (SEUTUHNYA)

Posted in , , , , , , , ,


 Oleh Achmad Nirwan | @achmad_nirwan
 
  
Bunuh..bunuhlah aku…kalau kau bisa..silahkan saja…

Seketika saya kaget mendengar lirik di atas dilantunkan dari sebuah lagu yang nadanya ceria dan pop-ish. Impresi yang aneh ini berawal dari melihat band tersebut tampil live dari sebuah video di kanal Youtube yang diunggah tahun 2010. Dan semakin sangsi melihat vokalisnya bernyanyi seperti orang lemas, sedikit gugup dan tidak bersemangat melantunkan suaranya.

Dan saat itu juga ingatan melayang ketika membaca sebuah majalah yang mengulas profil David Naif (salah satu manusia paling gokil di seluruh dunia) dimana salah satu fotonya, David ikut membekingi suara dua untuk band tersebut. Bertambah yakin lagi setelah melihat David dengan Acum Bangkutaman kembali (mungkin mendadak) membekingi suara sang vokalis di video Youtube yang saya ceritakan di atas tadi.

Itulah salah satu perkenalan saya menyimak Rumahsakit, band yang merupakan salah satu pionir british pop di skena music indie Jakarta pertengahan 90-an. dengan personil Andri Lemes (vokal), Marky (gitar), Mickey (keys), Sadam (bass) dan dan Fadli(drum). Mungkin mengenai sejarah band mereka, sudah banyak media yang lebih sahih membahasnya,sehingga afdal rasanya bila mencari lebih tahu tentang mereka di media-media tersebut.Bila diceritakan sejarahnya disini, cukup panjang lebar.

Perkenalan seutuhnya dengan Rumahsakit yang saya maksud disini adalah dengan musik mereka yang cukup membuat penasaran. Karena impian buat bertemu dengan mereka langsung sepertinya belum bisa terwujud, maka saya menceritakan beberapa pengalaman ketika ingin mendengarkan musik mereka dan album “1+2″ itu sendiri.

Beberapa tahap perkenalan saya dengan musik mereka cukup berkesan mengingat saya masih sangat kecil ketika mereka sudah menelurkan album pertama mereka dan tak bisa dipungkiri perkenalan paling awal yakni saat masa “anak baru gede”. Saya baru tahu nama band Rumahsakit dari artikel majalah tersebut dan rasa penasaran akan musiknya dengan mencari-cari cassette tape album Rumahsakit di berbagai toko retail musik di Makassar, namun hasilnya nihil.

Sampai suatu waktu di tahun 2004, ketika membeli cassette tape album perdana dari Goodnight Electric, yang saat itu masih diperkuat Henry Foundation dan Rebecca Theodora (yang masih saya simpan hingga sekarang) ada sebuah track cover version “Psychic Girl”-nya Rumah Sakit. Nah! ini dia yang saya cari-cari. Walaupun hanya cover version, namun cukup memberi gambaran awal saya bagaimana Goodnight Electric sampai segitu kepincutnya mau mengkover lagu ini. Yang cover version-nya saja bagus, apalagi versi aslinya pasti lebih legit!

Dan akhirnya saya berhasil mendengar versi asli dari “Psychic Girl” di sebuah film tokusatsu buatan dalam negeri di bagian credit titlenya. Kejutan besar pastinya mengingat inilah yang dulu saya cari-cari,mendengarkan versi aslinya dari Rumahsakit. Sayangnya CD film tersebut entah saya simpan dimana sekarang.

Setelah beberapa perkenalan seperti di atas, (seperti  hasil simak video di atas dari penampilan mereka membawakan “Pop Kinetik” di tahun 2010 yang liriknya bikin cukup terkejut karena baru dengar lagunya saat itu) kembali lagi paling perkenalan yang paling baru ketika Rumahsakit dikabarkan di sebuah media  bakal mengeluarkan album baru lagi di penghujung 2012 yang konon bakal memuat lagu-lagu lama yang dimixing ulang dengan kualitas audio lebih bagus dari cassette tape dan beberapa lagu baru.

Ditunjang dengan semakin berkembangnya teknologi, (halah) mau tidak mau saya mencari lagi album mereka melalui om-om pencari mesin (mesin pencari situs maksudnya) dan mendapati sebuah link album Rumahsakit album pertama yang berjudul sama dan “Nol Derajat”,album kedua dari sebuah situs files sharing.

Daripada rasa penasaran dengan lagu-lagu mereka semakin membuncah,saya menempuh jalan dengan mengunduhnya saja. Walaupun kualitas audio mp3-nya tidak sesuai yang diharapkan karena diambil dari cassette tape, cukup mengobati kerinduan juga mendengar lagu-lagu mereka terutama “Psychic Girl” dari album Nol Derajat. Selebihnya masih “Pop Kinetik” dan “Anomali” yang liriknya bikin geleng-geleng kepala bagaimana sebuah band britpop bisa membuat lirik seperti ini hehehe…

Sampai turun sebuah berita, Rumahsakit benar-benar bakal merilis albumnya dengan sebuah pesta rilis yang bakal bersejarah di tanggal yang ciamik susunan angkanya, 12.12.12. Album ini katanya yang bertajuk “1+2”  karena berisi 12 lagu dengan 8 lagu lama rangkuman dari album pertama dan kedua serta 4 lagu baru.

Saya turut berbahagia sekaligus sedih karena sudah pasti tidak bisa datang di acara pesta rilis tersebut mengingat jarak yang cukup jauh antara Jakarta dan Makassar (anggaplah jauhnya seperti di Anyer :p). Namun dengan teaser lagu “Bernyanyi Menunggu” untuk album ini yang bisa diunduh gratis di situs sebuah media, pun bisa memberi sedikit persepsi bahwa Rumahsakit masih ada dan belum “hilang” seutuhnya.

Sampai akhirnya di akhir bulan Maret ini, saya kembali diperkenalkan dengan Rumahsakit namun sepertinya menuju utuh ketika menghadiri KBJamming,sebuah event di Kedai Buku Jenny. Dimana saya mendapati sebuah CD Rumahsakit “1+2” yang sudah lama jadi incaran. Namun CD tersebut pemberian dari mas Taufiq Rahman (co-founder Jakartabeat.net) untuk diputar di Kedai Buku Jenny. Walhasil,niat mau pinjam CD-nya tapi ngantri dulu ternyata hehehe.

Memasuki bulan April ini di sebuah obrolan santai, Artha yang merupakan salah satu teman seperjuangan bermusik pun memberitahu bahwa CD Rumahsakit “1+2” ternyata ada dijual di sebuah toko retail musik,karena beberapa hari yang lalu dia baru saja membelinya. Untunglah dia memberi informasi keberadaan “1+2″ yang membuat saya pun mantap bahwa CD tersebut harus didapatkan hari ini juga di tanggal 5 April.

Puji syukur,akhirnya “1+2” sudah ada di tangan sekarang. Walaupun lagu andalan “Psychic Girl” tidak masuk di dalam list lagunya,album ini sudah lebih dari cukup penantian lama bagi saya yang memiliki perkenalan cukup panjang dengan musik Rumahsakit.

Deretan lagu lama yang merupakan “greatest hits” dari album pertama dan kedua cukup membuai saya dengan hasil mastering audio yang lebih bagus karena memang direkam ulang lagi. Bahkan “Anomali” saya putar berulang kali sambil menulis tulisan ini. Terutama dari departemen liriknya yang “sakit” yang membuat saya ingin bertanya langsung dengan Andri Lemes darimana bisa mendapat inspirasi lirik tersebut.

Namun yang mengherankan juga suara Andri Lemes tetap seperti dulu,tetap berciri khas. Beberapa lagu baru,salah satunya “Sirna” sangat kental pengaruh Primal Scream dan The Charlatans. Selebihnya “Bernyanyi Menunggu” seperti menunjukkan pendewasaan mereka menulis lagu yang masih mumpuni menghasilkan “ode” berikutnya.

Mungkin di lain waktu, saya bisa menonton langsung penampilan mereka dari barisan paling depan untuk pertama kalinya dan melihat Andri Lemes crowd surfing dengan muka bahagia.

PS.  Jangan Biarkan Rumahsakit “Hilang” Lagi.

0 komentar: