British Invasion Belum Mati!
Posted in Big Sound Festival, BLUR, Konser, Morfem, Musik, Reportase, Review, Review Musik, Tegan and Sarah, The Brandals, The Temper Trap, Van She
Oleh Artha Kantata Adyaksa | @artha_desu
BLUR (Foto: Artha Kantata Adyaksa) |
Mata
saya menyala ketika melihat berita di twitter beberapa bulan yang lalu. BLUR,
salah satu legenda Britpop akan menghampiri Indonesia. Dengan gelisah saya mulai mencari info lengkap tentang
berita yang membuat saya tidak berhenti tersenyum saat itu. Benar. Blur akan menghampiri indonesia dalam gelaran festival musik
bertajuk BIG SOUND FESTIVAL yang diselenggarakan Dyandra Entertainment pada 15
Mei 2013. Tapi kegirangan saya tidak hanya berhenti disitu, Blur tidak
sendirian kawan-kawan, ada Temper Trap, Tegan and Sarah, dan Van She.
Saat
hari itu tiba, saya sudah mulai berdebar-debar karena membayangkan Damon dan
kawan-kawan akan membuat saya tidak akan melupakan hari itu. Padahal dijadwal
yang saya dapatkan dari twitter, Blur akan tampil sekitar jam 9 malam, tapi
saya sudah datang dari sore karena ingin menukar tiket dan ingin menikmati
suasana di luar venue yang
dipenuhi fans Blur yang memakai T-shirt
bertuliskan atau bergambar album dari band yang melegenda itu. Itu adalah pemandangan yang membuat saya tidak berhenti untuk
tersenyum.
Berbeda
dengan orang lain yang datang membawa teman atau beramai-ramai, saya datang ke venue dengan seorang diri, hahaha.
Sebegitu niatnya saya untuk menyaksikan pemandangan dari empat orang yang ikut
mengubah pemikiran tentang musik keren. Tapi ketika saya sedang menunggu diluar
venue, saya berkenalan dengan seorang
mahasiswa yang juga nonton sendirian. Dalam hati, saya menggumam ternyata bukan
hanya saya yang mempunyai niat yang sangat besar untuk menyaksikan Blur di
tanah air, hahahaha.
Setelah
berkenalan kami berdua mengobrol tentang Blur dan saling bercerita tentang diri
masing-masing. Ketika asyik mengobrol, terdengar dari dalam venue, Van She, band asal Australia yang bergenre elektropop itu sudah mulai memanaskan telinga. Terdengar
beberapa lagu yang sedikit saya kenal seperti Idea of Happiness dan Changes. Saya tidak terlalu mendengar
Van She, atau berlagak hipster
untuk tahu lagu-lagu mereka, jadi saya tidak terlalu tahu beberapa lagu setelah
itu. Agak samar dari luar venue saya
mendengar mereka mengatakan “Thank You Jakarta” menandakan mereka telah mengakhiri penampilan sebagai band
pembuka acara keren ini.
Setelah
merasa pegal karena duduk dipinggir pagar depan venue, pukul 17.50 WIB saya dan teman baru memutuskan untuk masuk
ke dalam venue. Dengan penjagaan yang
agak ketat, kami harus melewati dua penjaga gerbang masuk. Setelah mendapatkan
gelang sebagai tiket masuk kedalam venue,
kami mulai menjelajah bagian dalam venue
yang bertemakan festival itu. Di dalam kompleks festival, banyak penjual merchandise asli dari para
penampil pada hari itu.
Setelah
Van She, ada break magrib
selama kurang lebih 20 menit. Di dalam kompleks venue ada dua stage, Main stage dan Telkomsel Stage. Main
stage yang bertempat di lapangan D senayan, dan Telkomsel stage atau welcoming stage diluar venue main stage. Sehabis
break, di Telkomsel Stage terdengar
Vincent, ex-Club80’s selaku MC yang dengan kocak menyambut penonton yang sudah
berkumpul.
Tanpa
banyak basa-basi Vincent langsung mengundang Morfem untuk memecah
kesunyian setelah break tadi. Jimi
Multhazam yang datang belakangan setelah pasukannya telah memulai dengan intro
yang lumayan panjang menuju lagu “pilih sidang atau berdamai” mulai bernyanyi
dan memanaskan panggung yang berukuran kecil itu. Jimi adalah orang yang kocak
dan selalu melontarkan beberapa lelucon. Sayang, mereka hanya sempat bermain
tiga lagu, setelah seorang panitia naik keatas panggung dan bebisik kepada Jimi
untuk menginfokan Morfem harus mengakhiri penampilan mereka. Sebelum memainkan
lagu terakhir, Jimi bercanda “katanya disuruh udahan, ada band Lesbi di mainstage
udah mau main”. Sontak orang-orang yang mendengar lelucon Jimi menjadi tertawa.
Morfem lalu memulai lagu terakhir pada malam itu dengan meng-cover lagu “kuning” milik Rumah Sakit yang dibawakan dengan agak
liar menurut saya.
Setelah
Morfem menyelesaikan lagu terakhir mereka, saya dan teman langsung menuju ke main stage dimana duo kakak beradik
indie pop asal kanada telah bersiap-siap untuk menghentak crowd yang sudah berkumpul dan mulai meneriaki nama mereka. Lagu Back in Your Head menjadi lagu pembuka penampilan mereka malam itu. Tegan and
Sara sangat komunikatif
dengan penonton. Itu terbukti dengan setiap mereka menyelesaikan lagu, mereka
selalu berterima kasih dengan suara yang riang dan ramah. Tegan menyapa
penonton dan sedikit curhat tentang betapa panasnya cuaca di Jakarta. Tegan mengatakan seraya tertawa bahwa ini adalah
cuaca terpanas yang pernah mereka rasakan. Maklum, di Kanada sendiri memiliki
iklim dan cuaca yang sangat berbeda dengan Indonesia.
Kanada memiliki cuaca yang cukup dingin. Lalu mereka melanjutkan dengan
lagu-lagu andalan seperti Walking with
a Ghost, Alligator, dan Arrow yang membuat penonton mulai
memadati main stage. Tegan and Sara menutup penampilan mereka yang apik dengan
membawakan Closer yang disambut meriah dan diakhiri dengan tepuk
tangan dan teriakan dari penonton yang menandakan bahwa Tegan and Sara sukses
membuai crowd pada malam itu.
Saya
menganggap bahwa Big Sound Fest ini adalah versi mini dari perhelatan keren
seperti Loolapaloza,
Pinkpop, atau Coachella. Mengingat
perhelatan yang besar tadi selalu menampilkan band-band keren dan selalu
mengundang banyak penikmat musik dan konser, Big Sound Fest juga melakukan hal
yang sama dengan mengundang beberapa band dari luar dan yang memiliki fanbase
cukup besar di Indonesia. Selain mengundang band dari luar negeri, Big Sound
Fest juga mengundang band
indie dari Jakarta
seperti Morfem yang sudah tampil sebelum Tegan and Sara dan juga The Brandals.
Ini menjadi perhelatan yang sangat lengkap menurut saya. Dimana ada dua band
indie andalan saya.
Bercerita
soal The Brandals, mereka juga sukses memanaskan venue pada malam itu dengan tampil
di Telkomsel Stage.
Vokalis Eka Annash sukses membuat para penonton yang telah beralih dari main stage tadi
menuju bibir panggung dengan unit garage/rock n roll yang mulai memainkan
beberapa lagu mereka. The Brandals juga meng-cover lagu milik The Kinks yang
berjudul You Really Got Me. Kelakuan
kocak Eka Annash menutup penampilan mereka pada malam itu dengan mencoba untuk
meledakkan conveti yang tak kunjung keluar dari tabungnya. Penonton menjadi
tertawa ketika Eka membuang conveti dari tangannya dan mulai bergelantungan
pada personel yang lain. Setelah puas melihat aksi The Brandals, saya mulai beranjak ke main stage.
Ketika saya
perlahan berjalan ke main stage, teriakan penonton membuat langkah kaki saya
semakin cepat. Saya dan teman baru saya berpisah karena dia memilih reguler
festival, sedangkan saya memilih VIP festival. Dougy cs telah menaiki panggung
dan langsung membuka penampilan mereka dengan lagu Love Lost. Saya
menjadi sangat girang ketika sudah mendekati panggung. Mengingat saya pernah
melewatkan mereka beberapa tahun silam ketika mereka pertama kali menjajah Jakarta dengan euforia Sweet Dispotition
mereka, kali ini saya benar-benar menonton mereka.
The Temper Trap (Foto: Artha Kantata Adyaksa) |
Dougy
Mandagi, vokalis sekaligus frontman The Temper Trap menyapa dengan melontarkan
kata-kata “Selamat malam jakarta! Udah lama gak main disini”. Sapaan Dougy
mengundang sorakan dari penonton yang mempunyai maksud yang berbeda dari setiap
sorakan, antara sorakan membalas selamat malam, dan sorakan dengan nada yang
heran kenapa Dougy bisa fasih
berbahasa Indonesia.
Saya berpikir seperti itu karena saya kurang yakin kalau semua penonton yang
datang tahu Dougy adalah peranakan Manado yang besar di Australia dan membuat
band disana. Saya merasa yakin dugaan saya benar karena beberapa orang bergumam
“eh dia orang indonesia?”
The
Temper Trap melanjutkan penampilan mereka dengan berturut-turut membawakan lagu Fader, Trembling
Hands, dan Have It All.
Dougy menjadi liar dengan turun dari stage
dan menuju ke depan panggung di lagu Science of Fear.
Bukan hanya Dougy saja yang menikmati aura konser yang memanas malam itu, sang basis Jonathon Aherne terus bergoyang sepanjang konser dengan
Bass-nya yang bergelantungan di lengan. Pada lagu Drum Song, Dougy memainkan Floor
dan Cymbal drum
yang telah disiapkan. Dougy mulai memukul dan bergoyang-goyang seperti orang yang sedang kesurupan. Setelah
berpamitan, The Temper Trap mulai memainkan intro lagu yang lumayan panjang yang
ternyata adalah intro menuju lagu Sweet
Dispotition, lagu andalan band yang beranggotakan empat orang ini. Penonton
menjadi histeris dan terjadilah karaoke massal sekaligus menutup penampilan
mereka yang sangat apik.
Setelah
The Temper Trap turun panggung, lampu di Main Stage
padam dan semua alat diatas panggung mulai digeser dan mulai diganti dengan set stage milik Blur. Terlihat di area
Festival sudah mulai memadat dan orang orang sudah mulai merapat. Ada yang
membuat saya tersenyum lebar ketika menunggu Blur untuk tampil, penonton
barisan depan mulai menyanyikan bait dari lagu Tender, “oh my baby, oh my baby, oh why, oh my” yang membuat semua penonton di barisan tengah dan belakang
menyambut bait dari lagu yang sangat menempel di telinga para pendengar setia
Blur. Saya yang sendirian menunggu mulai bersosialisasi dengan beberapa
penonton di samping kanan saya. Saya sempat berkenalan dengan beberapa fans Blur yang datang dari Bandung
dan mulai sharing tentang lagu-lagu
apa yang akan dibawakan band yang sama-sama kami kagumi itu.
Ketika
sedang asik bercerita, lampu di main
stage berubah dan penonton sudah mulai bersorak. And there they are....!! Band yang membutuhkan kurang lebih 24
tahun untuk sampai ke Indonesia itu akhirnya keluar satu persatu. Graham Coxon,
Dave Rowntree, Alex James, dan Damon Albarn masuk ke panggung dengan jaket jins
hitamnya. Dia melambai dan mulai tersenyum kepada penonton. Lutut saya sedikit
lemas, saya benar-benar belum percaya, band yang sangat saya kagumi ini ada
dihadapan saya sekarang. Girls and Boys
mulai dikumandangkan, dan crowd menjadi
pecah. Saya yang berada ditengah dan mau tidak mau terhanyut arus dansa dari
semua penonton yang mulai bergoyang dan melompat sambil menyanyikan bagian reff-nya.
Saya
tidak bisa menahan senyum dan teriakan-teriakan
yang mungkin bagi orang lain norak, tapi saya tidak peduli ketika Popscene menjadi lagu kedua malam itu
dalam list mereka. Lagi-lagi crowd secara bersamaan berteriak di
bagian reff, “POPSCENE!!!” ketika Damon mengarahkan mic-nya ke arah penonton.
Mereka tidak terlihat seperti empat orang tua yang sudah berumur 40
tahunan, mereka terlihat seperti bocah-bocah nakal yang terperangkap dalam
tubuh orang dewasa ketika Damon mulai menyapa bibir panggung, dan ujung kiri-kanan panggung sambil berlarian. Graham yang malam itu
memakai kaos oblong dan memainkan gitarnya secara liar dan sesekali menunduk
dan kemudian mendongak lagi. Hanya Alex yang terlihat kalem dengan kemeja
putihnya. Saya langsung mengingat-ingat videoklip yang menampilkan empat anak
muda yang masih kelihatan bengal dengan style
agak urakan khas anak 90-an ketika lagu There’s
No Other Way dan Beetlebum dimainkan.
Ketika
Out of Time, Trimm Trabb, dan Caramel dibawakan, penonton menjadi sedikit tenang. Ada yang
spontan mengangkat tangan melihat penonton paling depan yang mulai membuat formasi ayunan tangan. Mungkin
setelah beberapa lagu yang menghentak, Blur ingin sedikit kalem. Tapi ketika
melihat Damon mengambil gitar akustiknya, saya yakin mereka akan membawa lagu
favorit saya. Benar saja, ketika Damon selesai berceloteh sedikit, ayunan
tangan Dave memukul drum dengan pola intro yang membuat saya berteriak. Coffee and TV dimainkan dan semua penonton tidak dapat menahan diri untuk
bergoyang. Setelah puas membuat penonton
bergoyang, Blur lalu membawakan Tender.
Lagi-lagi terlihat ayunan tangan dari depan panggung sambil berkaraoke massal.
Aura
semangat yang dialirkan oleh Blur sangat terasa pada crowd malam itu. Terbukti ketika Country House dan Parklife
dimainkan, tidak ada jeda yang diberikan oleh mereka untuk saya dan penonton
lain untuk berdiam diri. Di dua lagu itu Damon sempat menghampiri crowd sudah menyambut dengan uluran
tangan yang disambut Damon dengan senyum lebarnya. Kemudian, End of a Century, Death of a Party dan This Is
a Low dibawakan dengan sangat apik
sebelum Blur mundur dari panggung untuk mengambil break.
Setelah
beberapa menit beristirahat, Blur kembali ke panggung disambut dengan sorakan
dan tepuk tangan semua penonton. Satu persatu anggota Blur masuk dan terlihat Damon menghampiri pianonya dan langsung memainkan Under the Westway, single yang
dikeluarkan tahun 2012 lalu. Backdrop
panggung yang bergambar bagian bawah jembatan seakan menambah penghayatan saya
untuk menikmati lagu itu. Malam itu terlihat Blur
membawa tiga backing vokal yang
sesekali membuat choir yang terdengar
megah dibeberapa lagu. Bukan hanya backing
vokal, mereka juga memboyong para brass
section ke panggung. Kemegahan beberapa lagu pun bertambah. For Tomorrow menjadi lagu selanjutnya. Saya teringat kata teman saya
yang bilang bahwa dia sangat ingin melihat Blur
ketika dia memutar lagu ini. Sayang sekali dia tidak bisa datang.
Yang
membuat saya merinding saat itu adalah ketika Blur membawakan lagu The Universal. Dengan lirik pada bagian
reff, "It really really really could happen. Yes it really really could
happen" yang disambut oleh
semua penonton. Saya benar-benar
percaya bahwa Blur is really really come,
and this is really really happened. Setelah berpamitan, Damon, sang dewa
Britpop sedikit berkhotbah dan mengucapkan terima kasih yang disambut meriah
oleh semua penonton. Akhirnya lagu terakhir pada pegelaran Big Sound Festival itu
dimainkan. Intro Song 2 menjadi sajian terakhir Blur pada malam itu dan sekaligus
membuat crowd menjadi sangat-sangat
pecah, dan semua orang melompat dan meggoyangkan badan seperti
tidak sadarkan diri. Saya yang sudah merasa kelelahan pun terhanyut dalam moshpit dadakan itu.
Blur menyelesaikan Big Sound Festival dengan meninggalkan memori tentang betapa bergembiranya penggila Britpop malam itu. Mereka juga membawa lagu-lagu hits yang telah ditunggu-tunggu oleh para penggemar yang telah menanti setelah hampir 20 tahun. Big sound festival yang diselenggarakan Dyandara Entertainment sendiri telah membuat para penggila konser menunggu kejutan apa yang akan dibawakan tahun depan, karena menurut info yang saya dapat pada malam itu Big Sound Festival akan menjadi event tahunan yang akan menyajikan artis-artis luar yang mungkin sangat ditunggu-tunggu oleh semua penikmat musik tanah air.
Saya sendiri menikmati festival musik yang menurut saya komplit. Dengan semua sajian artis yang berkualitas, tata panggung cahaya yang memadai, serta kompleks venue yang nyaman untuk menunggu ketika break setiap artis untuk bersiap-siap tampil, Big Sound Festival sangat layak menurut saya untuk ditunggu tahun depan, dan tahun tahun berikutnya. Bukan hanya perhelatan musik keren yang saya dapatkan ketika malam itu, saya juga mendapatkan teman baru. Terima kasih Big Sound Festival, semoga tahun depan artis yang dibawa ke tanah air adalah artis yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua pecinta musik dan konser di Indonesia.
Blur menyelesaikan Big Sound Festival dengan meninggalkan memori tentang betapa bergembiranya penggila Britpop malam itu. Mereka juga membawa lagu-lagu hits yang telah ditunggu-tunggu oleh para penggemar yang telah menanti setelah hampir 20 tahun. Big sound festival yang diselenggarakan Dyandara Entertainment sendiri telah membuat para penggila konser menunggu kejutan apa yang akan dibawakan tahun depan, karena menurut info yang saya dapat pada malam itu Big Sound Festival akan menjadi event tahunan yang akan menyajikan artis-artis luar yang mungkin sangat ditunggu-tunggu oleh semua penikmat musik tanah air.
Saya sendiri menikmati festival musik yang menurut saya komplit. Dengan semua sajian artis yang berkualitas, tata panggung cahaya yang memadai, serta kompleks venue yang nyaman untuk menunggu ketika break setiap artis untuk bersiap-siap tampil, Big Sound Festival sangat layak menurut saya untuk ditunggu tahun depan, dan tahun tahun berikutnya. Bukan hanya perhelatan musik keren yang saya dapatkan ketika malam itu, saya juga mendapatkan teman baru. Terima kasih Big Sound Festival, semoga tahun depan artis yang dibawa ke tanah air adalah artis yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua pecinta musik dan konser di Indonesia.
Setlist Blur:
1. Girls and Boys
2. Popscene
3. There’s No Other Way
4. Badhead
5. Beetlebum
6. Out of Time
7. Trimm Trabb
8. Caramel
9. Coffee and TV
10. Tender
11. Country House
12. Parklife
13. End of a Century
14. Death of a Party
15. This Is a Low
Encore
16. Under The Westway
17. For Tomorrow
18. The Universal
19. Song 2
wah wah wah... menonton konser blur rasanya seperti naik haji ya :)
BalasHapus