Selasa, 28 Mei 2013

0

LIMOUSINE ITU BERUBAH WUJUD DALAM BENTUK MUSIK MENYENANGKAN

Posted in , , , , , , , , , , , , ,

Oleh Achmad Nirwan | @achmad_nirwan

Penampilan Limousine (Foto: Reedho Al Diwani)

Event Title :  LIMOUSINE ASIAN TOUR
Type : Showcase/ Gigs
Host : Printemps Francais/Institut Francais Indonesia
Venue : Baruga A.P. Petta Rani Universitas Hasanuddin
City : Makassar
Date : 22 Mei 2013
Where : Jalan Perintis Kemerdekaan km. 10
Start From : 20.00 – selesai
HTM : Gratis
Music : Limousine (France)


Beberapa minggu sebelum saya ketahui dengan jelas, seorang teman saya memberitahu sekilas tentang konser ini yang katanya bakal mengundang sebuah kelompok musik dari Prancis untuk tampil membawakan karyanya. Katanya lagi, kelompok musik jazz. Sayangnya, dia tidak mengingat nama bandnya secara detail.

Rasa penasaran saya pun muncul. Band jazz seperti apa yang akan tampil. Apakah jazz yang bermain konvensional atau kontemporer? Di benak saya, Prancis memiliki budaya bermusik sudah berbaur dan memiliki ciri khas tersendiri. Jadi, sepertinya kelompok ini memainkan jazz kontemporer. Sepertinya.

Namun informasi yang masih kabur itu telat saya telusuri lagi beberapa hari kemudian. Hanya masih berdasarkan informasi awal, akhirnya saya mendapatkan informasi sahih tentang  gelaran tersebut.

Tepatnya, beberapa jam sebelum konser itu digelar. Saya masih berkutat dengan sebuah tulisan dan mulai agak jenuh. Sambil mencari inspirasi lagi, saya membuka sebuah situs jejaring sosial, dan ada teman yang mengabarkan bahwa konser tersebut memang akan segera digelar sebentar lagi. Dan untuk menyaksikannya pun tidak memungut bayaran sepeser pun alias gratis!
Poster Event Limousine
Langsung saja saya bereaksi dengan semangat mencari informasinya lagi lebih mendalam.  Secara iseng saya mengetik di sebuah situs mesin pencari untuk mencari beberapa tulisan terkait tentang gelaran tersebut. Setidaknya posternya yang diunggah bersama tulisannya.

Betul saja. Ada sebuah situs menginformasikan dengan poster acaranya. Poster dengan judul “Limousine Siam Roads Asian Tour” ini mencantumkan beberapa tempat yang bakal disambangi kelompok musik ini. Indonesia menjadi tempat pertama yang bakal disambangi, selanjutnya Thailand dan Singapura.

Di Indonesia, kota yang dikunjungi yaitu Jakarta di Teater Salihara tanggal 21 Mei, Makassar tanggal 22 Mei di Hasanuddin College, Bandung 23 Mei di IFI Auditorium, Jogja 24 Mei di IFI Auditorium dan Bali,25 Mei di Sanur Segara Village. Begitulah informasi yang tertera di poster.

Hasanuddin College itu sudah pasti Universitas Hasanuddin. Teman saya pun mengabari lebih lanjut bahwa gelaran konsernya akan digelar di Baruga A.P. Pettarani Universitas Hasanuddin tepat pukul 19.30. Tempat pentas yang tidak terduga di benak saya. 

Ya, Baruga A.P. Petta Rani Universitas Hasanuddin yang notabene merupakan tempat seremoni civitas akademika kampus. Tempat yang mungkin sangat,sangat jarang sekali ada kegiatan konser/showcase semacam ini terkecuali biasa digunakan juga untuk kegiatan inaugurasi beberapa fakultas.

Setelah pasti tentang informasi itu, selanjutnya saya mencari informasi tentang band ini yang masih sangat asing di telinga saya. Beberapa situs yang saya buka hanya mencantumkan informasi seperti ini: Limousine, kelompok musik Prancis yang mengadopsi musik instrumental pop-jazz elektronik. Mereka adalah Laurent Bardainne (keyboard dan saksofon), David Aknin (drum), Maxime Delpierre (gitar), dan Frédéric Soulard (keyboard). Masing-masing personil Limousine mempunyai pengaruh musik yang berbeda-beda.

Wow, baru pertama kalinya saya mendengar kelompok musik yang mengusung jazz diimbuhi elektronik dan tanpa pemain bass yang notabene pasti ada di setiap kelompok musik jazz. Dan juga tanpa vokal. Sudah pasti musik yang dibawakan penuh dengan nuansa instrumental. Lumrah ditemukan di beberapa kelompok musik jazz.

Informasi selanjutnya, saya mencari tentang siapa yang menyelenggarakannya. Konser Limousine di Makassar ini bisa terselenggara berkat kerjasama Institut Francais Indonesia dengan pihak  Universitas Hasanuddin dalam rangka festival Printemps Francais.

 Mengutip dari situs www.institutfrancais-indonesia.com, Printemps Francais merupakan festival seni dan budaya Prancis yang diselenggarakan tiap tahun oleh Institut Prancis di Indonesia, kembali hadir tahun ini. Sebagai kegiatan hasil kerjasama dengan bagian Kebudayaan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia, Printemps Francais telah memasuki edisi ke-9.

Untuk gelaran tahun ini, kegiatan yang biasanya ramai dikunjungi penonton itu, masih mempersembahkan panorama seni dan budaya Prancis.Dengan penampilan terbaik seniman-seniman Prancis dalam 14 program, dengan 53 pertunjukan, yang diklaim akan memberikan warna pada khasanah seni dan budaya Indonesia.

Printemps Francais 2013 juga akan mengunjungi 13 kota di Indonesia, diantaranya Semarang, Kudus, Purwokerto dan Solo demi melanjutkan kesuksesan penyelenggaraan tahun lalu. Dimana festival ini hadir dalam skala nasional. Tahun ini Kudus, Makassar, Malang, serta Solo untuk pertama kalinya ambil bagian dalam penyelenggaraan Printemps Francais.

Cukup menarik sejauh ini untuk menyaksikan mereka tampil. Bermodalkan rasa semakin penasaran dan tidak mengetahui lagu-lagu mereka pastinya, akhirnya saya memutuskan untuk menonton konser mereka malam itu. Hitung-hitung menambah lagi referensi bermusik dan ilmu baru tentunya.

Saya mengabari beberapa teman yang bisa diajak untuk menonton konser tersebut. Setelah menghubungi beberapa rekan, Reedho dari Kedai Buku Jenny pun ternyata juga ingin menyaksikan konser tersebut.
Penampilan Maxime dan David (Foto: Reedho Al Diwani)
Saya pun sampai di tempat gelaran sekitar menjelang pukul 20.00. Saat itu juga baru saja berhenti hujan yang cukup deras. Sambil berjalan menuju pintu masuk, saya belum melihat ada tanda-tanda bakal digelarnya sebuah konser musik. Padahal waktu konser semestinya digelar pukul 19.30. Apakah kelompok ini juga terkena kebiasaan orang Indonesia yang mengulur waktu (jam karet)? Mungkin saja.

Ternyata setelah masuk ke dalam, sudah banyak juga yang ingin menyaksikan Limousine tampil.  Rata –rata sebagian besar mahasiswa Universitas Hasanuddin. Ada juga beberapa dosen dan juga petinggi kampus. Saya juga bertemu dengan teman yang mengabari tentang konser ini. Lengkap sudah rasa penasaran berganti keriangan beberapa menit kemudian.

Sebelum Limousine naik panggung, diawali kata sambutan dari pihak kampus dan Institut Francais yang sebetulnya tidak perlu menurut saya. Mungkin sudah tradisinya seperti itu. Ah, yang penting bisa menyaksikan Limousine sesudahnya.

Limousine pun (hampir) menepati janjinya untuk tampil segera setelah saya duduk di kursi penonton tepat pukul 20.00. Dengan senyum mengembang dari setiap personil, mereka menyapa penonton tanpa sepatah kata pun sebelum tampil perdana di kota Daeng ini. Yang ingin menyaksikan mereka pun menyambutnya dengan riuh rendah dan tepuk tangan yang cukup ramai.

David Aknin di drum memulai aksi Limousine malam itu dengan memukul stik drum tenor-nya ke floor tom yang disambut  tiupan saksofon Laurent Bardainne dan petikan gitar Maxime Delpierre, sesekali diimbuhi dengan bunyian organ Farfisa dari Frédéric Soulard.

Ternyata setelah melihat setlist (yang dikasih Reedho beberapa hari setelah konser), ini merupakan lagu pertama, Tokhes yang nadanya cukup ceria. Pukulan stik tenor yang pelan dan menghanyutkan dimainkan perlahan,dan Laurent meniupkan saksofon dengan nada tinggi kemudian turun perlahan di akhir lagu dibarengi dengan gitar dan organ serta drum yang berganti pola. Betul-betul impresi awal mengundang decak kagum.

Di lagu berikutnya Drianke, permainan saksofon Laurent cukup dominan. Dengan mengambil nuansa musik  Eropa Timur dan David Aknin tetap memukul stik tenor secara perlahan, nada tiupan saksofon yang tidak terlalu melengking membuat suasana semakin menghanyutkan.

Cosmos yang menjadi lagu berikutnya yang dibawakan Limousine. Permainan Frederic dengan organ Farfisa-nya dan David dengan drum yang tetap perlahan mengambil peran rhythm yang kuat, sementara Laurent dan Maxime dengan bebas meningkahi dengan melodi-melodi sederhana.

Lila yang baru saya ketahui merupakan lagu andalan mereka, yang juga merupakan pilihan Broadcast Club,sebuah sineas Perancis sebagai soundtrack film pendek berjudul sama, juga mereka bawakan dengan apik. Tiupan saksofon dengan nada yang manis ternyata dilanjutkan dengan nada yang muram dari bunyian keyboard dan  Farfisa.

Bebunyian gitar reverb Maxime mengambil peran paling banyak di lagu Lila. Semakin mendekati akhir lagu, reverb gitar makin meninggi dan drum makin banyak mengisi fill-fill yang aneh. Mengingatkan saya sedikit dengan beberapa lagu Sigur Ros. Cukup merinding juga mendengar lagu berdurasi panjang selama 8 menit 50 detik ini.

Gaviotta melanjutkan aksi Limousine malam itu dengan imbuhan keyboard dan organ Farfisa yang seperti memenuhi udara di ruangan Baruga malam itu. Tetap dengan nada yang kelam dan ditingkahi dengan petikan gitar kemudian turun perlahan di akhir lagu.

Nomor Instrumental selanjutnya yaitu Bongussi didominasi permainan drum dari David dengan permainan perkusi cow-bell yang ciamik ditaruh pas di dekat stand crash cymbal-nya. Diselingi dengan permainan solo David di pertengahan lagu, Bongussi yang bernada ceria ini ditutup dengan manis dan tepuk tangan meriah dari penonton.

Di lagu-lagu berikutnya, dengan berat hati saya menyudahi untuk menyaksikan penampilan mereka karena harus berlatih dengan kelompok musik saya malam itu juga. Sehingga saya pun pamit juga dengan Reedho yang datang bersama temannya yang berniat menyaksikan konser Limousine sampai selesai.

Namun melihat penampilan mereka malam itu walau tidak sampai selesai, cukup menghilangkan rasa penasaran saya dengan Limousine. Tenyata musik yang mereka usung tidak berkutat saja dengan jazz konvensional, malah lebih ke kontemporer. Dengan organ Farfisa dan nada keyboard yang muram sebagai penandanya.

Beberapa hari setelah konser, saya bertemu lagi dengan Reedho dan dia menceritakan akhir konser tersebut dan memperlihatkan juga setlist lagu yang dibawakan Limousine itu (yang saya ceritakan di awal konser tadi) sebagai bahan tulisan saya untuk review ini.

Melihat setlist lagu mereka malam itu, tampak di akhir konser mereka membawakan beberapa nomor instrumental lainnya seperti The Reindeer, Autre Chose dan beberapa yang baru (yang saya bisa baca di setlist lagunya), Luk Thung dan Mekong yang tampaknya mereka buat untuk Asian Tour ini.

Setelah saya mengecek track lagu pada kedua album mereka di iTunes, Limousine (2006) dan II (2012), tidak mencantumkan lagu-lagu baru tersebut. Tampaknya dipersiapkan untuk album yang mendatang.

Untuk memperdalam review ini pun saya kembali membuka beberapa situs yang bisa menambah porsi informasi tentang mereka.Setelah baca lagi tentang mereka di beberapa situs dan menyaksikan aksi mereka di beberapa video di Yotutube, saya pun angkat topi dengan mereka.

Limousine ternyata kolektif musikus yang juga merupakan akitivis musik independen di Prancis sana. Cukup pantaslah mereka bisa mewakili Prancis di festival Printemps Francais tahun ini.

Musik Limousine dengan semangat indie walaupun masih dilingkupi nuansa elitis a la Prancis, menampilkan musik indie Jazz yang tidak biasa dan pastinya masih dipengaruhi juga oleh musisi-musisi yang lebih dulu popular seperti Pink Floyd, sedikit Brian Eno dan Air, dan di departemen gitar berani memainkan beberapa part gitar a la Sigur Ros.

Referensi bermusik dari Limousine bisa dipetik juga untuk semua kalangan, terkhusus kalangan mahasiswa yang menyaksikan malam itu. Mengingat menampilkan karya tidak harus dengan cara konvensional saja menurut teman-teman mahasiswa saja, namun bisa ditempuh dengan cara kontemporer juga.

Makassar cukup beruntung bisa ambil bagian untuk pertama kalinya dalam festival Printemps Francais, mengingat masih sangat jarang acara seperti ini. Sekaligus menambah khazanah baru dalam  gelaran musik di kota Daeng, yang mulai perlahan terdorong untuk tidak terpaku pada satu tipe gelaran musik saja.[]
Setlist Limousine Konser Universitas Hasanuddin (Foto: Achmad Nirwan)

0 komentar: